Menjual Pujian, Membunuh Inovasi: Analisis Dampak Jangka Panjang Penjilat di Tempat Kerja

Ilustrasi gambar karikatur "penjilat" di kantor
  

​Fenomena 'penjilat'—individu yang secara manipulatif menyamarkan ambisi pribadi mereka di balik topeng kepatuhan dan sanjungan berlebihan di hadapan pimpinan—adalah kanker laten dalam lingkungan profesional. Mereka adalah para yes-man yang secara lisan selalu menyetujui, padahal mungkin secara pribadi mereka tidak setuju, semata-mata demi mendapatkan keistimewaan, promosi, atau menghindari ketidaksetujuan. Jika dilihat secara permukaan, perilaku ini mungkin tampak tidak berbahaya, namun dampak jangka panjangnya bagi budaya perusahaan, moralitas staf, dan terutama inovasi, sangatlah merusak.

1. Kematian Kejujuran dan Distorsi Realitas

​Tugas utama seorang pemimpin adalah membuat keputusan berdasarkan informasi yang akurat dan komprehensif. Penjilat secara sistematis merusak proses ini. Mereka berperan sebagai "filter positif" yang berbahaya, di mana setiap berita buruk, kritik konstruktif, atau data yang bertentangan dengan preferensi pimpinan akan disaring, diperlunak, atau bahkan disembunyikan.

​Akibatnya, pimpinan terisolasi dalam apa yang disebut "Gelembung Gema" (Echo Chamber). Mereka hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar, menciptakan realitas palsu di mana semua berjalan lancar dan semua ide mereka sempurna. Ketika keputusan bisnis diambil berdasarkan informasi yang diidealisasi dan tidak jujur, potensi kegagalan, kehilangan peluang, dan kerugian finansial menjadi sangat tinggi.

​2. Erosi Moral dan Keadilan Struktural

​Kehadiran penjilat menciptakan kebingungan moral di seluruh organisasi. Ketika seorang karyawan yang jelas-jelas unggul dalam sanjungan dan bukan dalam kinerja malah mendapatkan promosi atau pengakuan lebih cepat, hal itu mengirimkan sinyal beracun kepada karyawan yang berintegritas.

​Sinyal yang ditangkap oleh staf adalah: "Usaha keras, kompetensi, dan kejujuran tidak sepenting kemampuan menjilat atasan."

​Hal ini menyebabkan "Kelelahan Moral" (Moral Fatigue). Karyawan terbaik yang fokus pada hasil dan etika kerja yang jujur akan merasa dihargai lebih rendah dan termotivasi untuk berhenti berjuang, mencari pekerjaan di tempat lain, atau, yang lebih buruk, mulai meniru perilaku menjilat untuk bertahan hidup. Lingkungan kerja yang sebelumnya sehat akan berubah menjadi medan persaingan politik yang didasarkan pada manipulasi, bukan prestasi.

​3. Pembunuhan Senyap terhadap Inovasi dan Keberanian Intelektual

​Inovasi yang sejati dan berkelanjutan tidak pernah lahir dari konsensus buta. Inovasi membutuhkan perdebatan, kritik yang tajam, pengujian hipotesis, dan yang paling penting, keberanian untuk menentang status quo.

​Budaya penjilat adalah antitesis dari keberanian intelektual. Dalam budaya di mana sanjungan dihargai, karyawan akan belajar bahwa keselamatan karier mereka terletak pada keseragaman pendapat, bukan pada perbedaan pendapat. Mengajukan ide revolusioner yang mungkin menentang pandangan pimpinan atau menunjukkan cacat dalam rencana pimpinan adalah tindakan bunuh diri secara profesional.

​Penjilat mengedepankan keamanan pribadi atas kepentingan perusahaan. Mereka akan memilih jalan yang aman dan nyaman, bahkan jika jalan tersebut terbukti usang atau kurang optimal, asalkan itu tidak menimbulkan gesekan dengan atasan. Dengan demikian, kemampuan organisasi untuk beradaptasi, bereksperimen, dan memimpin pasar akan terbunuh secara perlahan dan senyap.

Memutus Rantai Sanjungan Palsu

​Untuk melindungi organisasi dari bahaya ini, pimpinan harus memiliki kesadaran diri yang tinggi dan secara proaktif membangun mekanisme pertahanan:

​💡 Taktik Pimpinan Mengidentifikasi Penjilat

​Pimpinan yang cerdas harus belajar membedakan antara dukungan tulus dengan sanjungan manipulatif. Berikut adalah beberapa indikator utama perilaku penjilat:

​Pujian yang Tidak Spesifik (General Fawning): Penjilat sering memberikan pujian yang tidak spesifik atau berlebihan tentang segalanya, tidak hanya tentang pekerjaan yang selesai dengan baik. Mereka memuji selera humor pimpinan, pakaian, atau setiap keputusan kecil yang dibuat, bahkan yang terbukti kurang efektif.

​Perubahan Nada Drastis: Perhatikan bagaimana sikap seorang staf berubah ketika berada di hadapan pimpinan versus ketika mereka berinteraksi dengan rekan kerja. Penjilat sering kali bersikap merendahkan atau kritis terhadap ide rekan kerja, tetapi langsung berubah menjadi sangat suportif dan tunduk ketika pimpinan hadir.

​Ketiadaan Kritik Konstruktif: Ketika diminta memberikan umpan balik tentang rencana atau ide pimpinan, penjilat selalu memberikan persetujuan 100%. Mereka tidak pernah menyajikan risiko, kelemahan, atau opsi alternatif, karena takut memicu ketidaksetujuan.

​Akses yang Berlebihan: Penjilat sering mencoba memonopoli waktu pimpinan atau memotong komunikasi antara pimpinan dan staf lain. Mereka ingin menjadi satu-satunya saluran informasi agar mereka dapat mengontrol narasi.

​Kinerja yang Stagnan: Seringkali, kemampuan menjilat mereka tidak sebanding dengan kualitas hasil kerja mereka yang sebenarnya. Pimpinan harus membandingkan seberapa sering mereka dipuji dengan seberapa besar kontribusi nyata yang dihasilkan staf tersebut terhadap tujuan tim.

​Mencari Penentang: Pimpinan harus secara eksplisit meminta dan memberi penghargaan pada devil's advocate atau penentang ide, serta melindungi mereka yang menyampaikan kritik yang sah, meskipun pahit.

​Transparansi Penghargaan: Promosi dan kenaikan harus didasarkan pada metrik kinerja objektif yang transparan, bukan pada penilaian subjektif yang rentan terhadap bias sanjungan.

​Budaya Mendengarkan 360 Derajat: Pimpinan harus secara rutin mencari masukan anonim atau dari sumber independen (seperti pelanggan atau rekan kerja dari departemen lain) untuk memverifikasi realitas yang disajikan oleh staf terdekat mereka.

​Pada akhirnya, pimpinan harus ingat bahwa sanjungan adalah pelumas yang menyenangkan, tetapi kebenaran dan kinerja adalah bahan bakar yang menggerakkan kesuksesan jangka panjang. Menerima sanjungan palsu hari ini berarti mengorbankan masa depan perusahaan besok.


Ditulis oleh : Suraji, M.Pd

Pages