Gambar animasi: Cinta tak bertuan
Ada satu bentuk cinta yang sering hadir diam-diam di kehidupan generasi muda hari ini. Ia tidak mengetuk pintu, tidak memperkenalkan diri, dan tidak membawa arah yang jelas. Ia datang hanya dengan rasa, namun pergi tanpa tanggung jawab. Inilah yang bisa kita sebut cinta tak bertuan—cinta yang tumbuh tanpa tujuan, tanpa nilai, dan tanpa kesiapan jiwa.
Banyak anak muda hari ini jatuh cinta bukan karena kesiapan hati dan akal, melainkan karena dorongan sesaat: tren, tekanan pergaulan, atau sekadar takut merasa sendiri. Padahal cinta bukan permainan, dan hati bukan tempat singgah bagi siapa saja. Ketika cinta tak bertuan dibiarkan tumbuh, ia bisa mengaburkan nalar, melemahkan fokus belajar, bahkan merusak kesehatan psikologis.
Cinta sejatinya adalah amanah. Ia membutuhkan arah, nilai, dan tanggung jawab. Jika cinta tidak diarahkan, ia berubah menjadi beban. Jika tidak dijaga, ia menjelma penyesalan. Tidak sedikit generasi muda yang kehilangan semangat, cita-cita, bahkan harga diri karena cinta yang datang terlalu cepat, sementara jiwa belum cukup kuat untuk memikulnya.
Karena itu, penting bagi kita—orang tua, guru, dan masyarakat—untuk memahamkan kepada anak-anak dan remaja bahwa tidak semua rasa harus diikuti, dan tidak setiap cinta harus dimiliki. Ada waktu untuk belajar, ada masa untuk menata diri, dan ada fase untuk mempersiapkan masa depan.
Cinta yang baik tidak membuat seseorang kehilangan jati diri. Ia justru menumbuhkan kedewasaan, memperkuat iman, dan melahirkan tanggung jawab. Cinta yang bertuan adalah cinta yang tahu ke mana ia akan dibawa, siapa yang akan dijaga, dan nilai apa yang akan dipertahankan.
Bagi para remaja yang kelak menuju jenjang pernikahan, pahamilah bahwa cinta bukan hanya tentang rasa senang, tetapi tentang kesiapan membangun kehidupan bersama. Pernikahan yang sakinah, mawaddah, warahmah tidak lahir dari cinta yang liar, melainkan dari cinta yang dijaga dengan akal, iman, dan tanggung jawab.
Cinta tak bertuan juga sering membuat seseorang menggantungkan kebahagiaan pada manusia lain, bukan pada kualitas diri dan tujuan hidupnya. Dari sinilah lahir kegelisahan, kecemasan, bahkan rasa tidak berharga pada diri sendiri.
Pada akhirnya, cinta adalah anugerah yang mulia jika ditempatkan pada waktu dan jalan yang benar. Menjaga hati hari ini adalah bentuk investasi untuk esok hari agar cinta menjadi sumber ketenangan, bukan penyesalan.
